Petani Harus Cerdas


Ketika harga tomat dan kacang ijo baik tomat dan kacang ijo melonjak tinggi, saya teringat dengan seorang teman bercerita bagaimana masa kecil bersama bapaknya harus harus mengusap dada bagaimana tidak setiap baru mulai panen air danau tempe meluap disaat hujan turun di daerah wajo Sulawesi selatan tepatnya di daerah wajo atau daerah dekat danau tempe apalagi di tambah air hujan dari daerah soppeng dan sidrap
untuk menanam tomat dan kacang ijo. Saya berpikir begitu sulitnya untuk menanam tomat dan kacang ijo harus menunggu bulan-bulan tertentu baru bisa di tanam dengan tomat dan kacang ijo dan teman saya tersebut juga mengatakan dengan suara agak lirih mengatakan ’sudah capek tanam tomat dan kacang ijo pas panen raya harganya jatuh hanya pas untuk makan dan saat harga tinggi kami tidak menanam tomat dan kacang ijo untuk menghidupi terpaksa orang tua saya sambil berdagang komoditi pertanian’.

Namun teman saya tersebut mengambil hikmahnya bagaimana saat panen raya tomat dan kacang ijo jatuh maka saat saya melihat dia menanam cabe di kebun percobaan pertanian ada sesuatu yang berbeda dari yang lain dia lakukan dia berkata “Ar saya belajar dari menanam tomat dan kacang ijo oleh karena itu saya menanam cabe dengan sistem 1 : 4 yang berarti dalam satu hamparan saya menanam cabe dengan 4 bulan tanam yang berbeda supaya nanti saya bisa mendapatkan harga mahal” dan benar saja teman saya tersebut dalam 1 tahun ketiban harga mahal 70.000 ribu/kg walau bulan-bulan sebelumnya hanya normal bahkan ada yang sangat rendah harganya, dari menanam cabe tersebut kawan saya mampu membiayai kuliahnya hampir selama 2 tahun.

Melonjaknya harga komoditi pertanian kecil sekali pengaruh kesejahteraan bagi petani yang sering terjadi jika panen raya pasti harganya akan jatuh dan jika harga melonjak yang menikmati bukanlah petani karena pada saat mahal petani tidak sedang panen atau membudidayakan komoditi yang mahal.

Mengharapkan regulasi pemerintah di bidang pertanian berpihak kepada petani ibarat menunggu ‘lebaran monyet’ karena begitu banyaknya kepentingan yang hanya menguntungkan segelintir kelompok. Sudah saatnya petani pintar membaca situasi dan melihat perkembangan harga komoditi yang terjadi seperti apa yang di lakukan oleh teman saya yang menanam cabe sistem 1 : 4 karena dia membaca arah harga pasar komoditi cabe. Demikian juga petani jagung manis di kampung halaman saya tepatnya di Kabupaten wajo Propinsi Sulawesi selatan sudah sangat mengetahui kapan harga jagung manis jatuh atau rendah biasanya harga jagung manis melonjak pada saat mau lebaran dan saat tahun baru anekdot atau ungkapan dari masyarakat di tempat saya mengapa bisa harganya melonjak saat lebaran dan saat tahun baru ‘hal itu di karenakan untuk kebutuhan lebaran dan tahun baru kepada toke pengepul melonjak sehingga harga di tingkat petani melonjak ’, oleh karena itu petani jagung manis ditempat saya akan melakukan panen jagung manis untuk pada saat mau lebaran dan tahun baru, untuk menyiasiati hal tersebut hasil yang di peroleh disisihkan untuk tidak panen saat harga murah di karenakan jagung manis dapat di panen 3-4 kali setahun sehingga waktu pemanenan dapat di atur tidak terkena harga yang murah.

Berkaca pada masalah melonjaknya harga tomat dan kacang ijo sudah saatnya para petani harus cerdas dan memiliki kemampuan untuk membaca harga pasar komoditi pertanian yang digeluti agar tidak terlalu terpuruk saat harga rendah dan dapat menikmati saat harga tinggi jangan sampai hanya mendapat harga yang rendah namun harga tinggi hanyalah mimpi.

Salam Bibit pertanian online..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar